ASYIKNYA
JADI KONDUKTOR
Sang
orator!
Ketika berdiri di depan
kelas, makfum saja jika ada guru yang hanya mengajar bagai orator ulung. Berceramah,
memberi pertanyaan, menjelaskan jika ada yang bertanya ( itupun kalau ada yang
bertanya!). Ibarat kampanye, orasi yang sangat
meyakinkan, sanggup menggiring “korban”, mengikuti apa kata orator. Penting atau tidaknya isi orasi, bukanlah tujuan utama. Yang pasti, orasi yang disampaikan tadi hanya
sekedar ingin menggerakkan mental dan pikiran audiens menuju suatu titik yang
dikehendaki orator. Kelihatan mudah
bukan?
Presentasi Hasil Kerja |
Anda juga akan makfum,
bila metode ini memang cocok untuk pemberian informasi-informasi yang relatif
baru dalam proses belajar mengajar di kelas.
Tapi bila sudah masuk dalam detail
suatu materi yang perlu dilatihkan ataupun diperdalam lagi, kepiwaian seorang
orator tak lagi dibutuhkan. Disinilah aspek penalaran mulai berbicara. Dan jika orasi tetap dilakukan, jelas tidak
efektif lagi. Energi akan habis terkuras
begitu saja kan Pak, Bu? Dan imbasnya materi
tidak optimal tersampaikan.
Sebagai cerminan dari
hal itu, yang perlu diketahui bahwa setiap siswa mempunyai ciri khas dan
karakteristik yang berbeda dengan siswa lainnya. Siswa yang berkarakteristik cerdas, cenderung bosan dengan informasi yang datang satu
arah. Idealismenya kadang meledak-ledak dalam
diri serta akal budi mereka. Biasanya,
ledakan ini lebih membutuhkan penyaluran semacam aktualisasi diri, atau yang
lebih ekstrem lagi……siswa akan memberontak sambil mengucapkan “ganti saya yang
akan berbicara”. Si cantrik model begini biasanya lebih tertantang bila diajak belajar lewat
metode problem solving.
Itu baru satu jenis
siswa, masih banyak karakteristik lainnya yang perlu diperhatikan agar target
pembelajaran tercapai. Sebagai contoh,
siswa berkarakteristik visual, cenderung mudah menangkap pelajaran lewat simbol-simbol
dan gambar. Pemakaian flow
chart, tabel-tabel dan kolom-kolom, justru menguatkan pemahamannya.
Repot juga ya menjadi
guru! Harus mengenal betul setiap detail siswanya! Tapi itulah tantangan. Seperti iklan zaman dulu tentang sebotol
minuman yang katanya tokcer, jika ingin berhasil mentransfer ilmu kepada anak-anak
bangsa ini, seorang guru harus punya trade mark “rasanya berani menyegarkan”.
Konduktor
Salah satu metode yang
tergolong efektif dalam mewakili berbagai tipe atau karakteristik siswa
tersebut adalah diskusi kelas. Dalam suatu forum diskusi, kepekaan,
kemampuan daya serap terhadap pengantar yang diceramahkan guru, kekuatan
penalaran siswa, tantangan dan penyaluran idealisme terhadap aktualisasi diri
siswa, dapat tersalurkan.
Dalam forum inilah,
guru dapat berfungsi sebagai seorang konduktor
dengan cara menggerakkan seluruh siswa di kelas untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Hanya saja, namanya siswa
itu kan masih “anak-anak” (yang cenderung senang bermain dan bercengkerama), sehingga
pendampingan oleh guru masih mutlak diperlukan.
Anda tentu sering mengalami, bahwa anak-anak acap kali bertindak secara non procedural jika dibiarkan berkelana
dalam alam mereka sendirian.
Kerja Kelompok Dibimbing Asgur |
Pembagian kelompok
diskusi menjadi kelompok-kelompok kecil (small
discussion) akan lebih memudahkan memantau perkembangan dan aktifitas
siswa. Penetapan adanya seorang ketua
kelompok, akan sangat membantu ketika memantau dan mengendalikan sekian banyak
kelompok dalam proses pembelajaran.
Sebuah tanggung jawab
yang besar dapat diberikan kepada seorang ketua kelompok dengan harapan, tenaga
guru tidak hanya disalurkan untuk mengurusi ramainya kelas karena
tindakan-tindakan siswa yang kurang efektif, tetapi dapat diwakili oleh sang
ketua kelompok. Hal ini menggambarkan
bahwa, setiap ketua kelompok dapat belajar menjadi pemimpin yang bertanggung
jawab.
Dalam forum ini, Panjenengan
(guru) dapat memberi reward kepada siswa lewat penilaian secara
langsung. Semisal pemberian nilai afeksi
dan psikomotor. Kelompok yang seluruh
anggotanya aktif, tentu akan berbeda nilainya dibandingkan kelompok yang
anggotanya kurang aktif. Sekaligus dapat
melihat dengan jelas, siswa mana saja yang kurang dapat beraktifitas serius di
dalam proses belajar mengajar.
Ah, indahnya menjadi seorang
konduktor! Adi MS saja bangga menjadi konduktor di twilight orchestra-nya,
apalagi Anda!
Asgur
juga boleh
Sebelum membuat
kelompok-kelompok dalam small discussion, ada satu cara mudah mengefektifkan
forum diskusi. Yaitu membuat pemetaan
siswa yang dianggap mudah menguasai bahan ajar (bahasa sederhananya siswa yang
dianggap pintar). Mereka-mereka inilah
yang direkrut menjadi ketua kelompok sekaligus sebagai tutor/asgur (asisten guru) bagi kawan-kawannya.
Secara tersendiri,
asgur perlu di-briefing terlebih
dahulu terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan. Penguasaan mereka yang relatif cepat
dibandingkan teman lainnya, akan dipakai sebagai fasilitas bagi guru dalam menyampaikan
materi. Itu berarti, dalam suasana
diskusi, mereka akan pegang peranan memberikan penjelasan-penjelasan kepada
siswa lain dalam kelompoknya secara lebih “personality”
tanpa ada rasa sungkan dan malu ketika ada materi yang dianggap belum dapat
diterima oleh siswa.
Dan tentu saja, si
asgur akan mendapatkan “koreksi” bila
ternyata penjelasan yang dia berikan kurang sesuai dengan konteks yang
diajarkan guru dari anggota kelompoknya yang mungkin sudah menguasai materi
yang diajarkan. Disinilah, diskusi
menjadi lebih hidup.
Kesimpulannya, guru
dapat menghemat energinya menjadi lebih efektif dan efisien, serta menyalurkan
energi lain yang masih “hot” kepada
kegiatan lain semisal menjelaskan secara lebih rinci kepada kelompok lain yang
kebetulan semua anggotanya masih belum jelas dan butuh bimbingan.
Ternyata, asyik juga ya
jadi konduktor dan punya asgur. Anda
punya pengalaman lain?
0 komentar:
Posting Komentar
Anda Dapat Memberikan Komentar Di Sini