BERSINERGI
DENGAN
PEMBANTU
Keberhasilan suatu program
pendidikan kepada anak, dipengaruhi oleh tiga hal penting yang integral. Yaitu orang tua, sekolah dan lingkungan. Jika ketiganya berjalan seiring dan saling
bekerjasama dengan baik, maka pendidikan akan berhasil sesuai tujuan yang
diharapkan.
Sebagai orang tua, saya dan
istri berusaha memahami betul ketiga elemen pendidikan tersebut. Di sekolah dan rumah saya berusaha agar
proses pendidikan untuk kedua anak saya berjalan sebaik-baiknya. Dengan lingkungan yang cenderung baik di
perumahan tempat saya tinggal, memudahkan saya dan istri membina mereka berdua
selayaknya teori pendidikan.
Sekolah tempat kedua anak saya belajar
pun adalah sekolah yang punya basis keagamaan.
Dalam pandangan saya, masa kecil adalah masa emas yang wajib diisi
pondasi keagamaan, karakter kuat serta disiplin yang baik. Harapan ke depan adalah, anak-anak masih
teguh memegang karakter dan keimanan yang kuat di tengah derasnya degradasi
moral bangsa ini.
udinwidarso.wordpress.com |
Seperti ulasan di atas, ketiga
elemen sudah kami upayakan dikelola dengan baik. Tetapi ada satu hal yang selama ini sering
terlupakan, yaitu lingkungan rumah yang kadang di luar dugaan justru
menggerogoti sistem pendidikan yang sudah kami bangun.
Contoh kejadian pelanggaran sistem
itu adalah, ketika anak perempuan pertama saya yang tergolong pemberani,
ketakutan masuk kamar mandi. Padahal
kondisi kamar mandi terang benderang.
Usut punya usut, ternyata pembantu saya selalu menakutinya dengan
“hantu” dan “pocong” jika anak saya rewel.
Padahal saya selalu menekankan, bahwa manusia yang beriman lebih tinggi
derajatnya dibanding jin atau hantu.
Kejadian kedua menimpa anak
perempuan kedua saya. Meski masih
berumur empat tahun, setiap keluar rumah cenderung suka mengenakan celana pendek
dan mulai suka berbohong. Ini
menyulitkan ibunya yang selalu berupaya menanamkan kejujuran dan kesopanan
(adab) keluar rumah. Kami baru tahu
penyebab dari kejadian-kejadian tadi setelah mendapat laporan dari para
tetangga. Ternyata tanpa sepengetahuan
saya, pembantu saya seringkali keluar rumah dengan mengenakan celana pendek.
Dua kejadian di atas sudah cukup
bagi saya untuk segera bertindak.
Pertama, saya harus segera menyinkronkan kembali alur pendidikan yang
sudah kami buat, dan kedua menanamkan pendidikan moral secara lebih efektif
kepada pembantu saya.
Selama ini, kami sering
menghadiri “Parenting Skill” yang
diadakan oleh pihak sekolah tempat anak saya bersekolah. Dan memang, pelatihan itu memberikan
pengetahuan baru kepada kami berdua bagaimana mendidik anak dengan efektif dan
efisien. Dan yang pasti, hasil parenting
itu selalu saya tularkan ke teman-teman saya lewat tulisan yang saya pajang di
blog pribadi saya.
shyahira.blogspot.com |
Sayangnya, upaya dari berbagai
sekolah dan institusi pendidikan untuk menyinergikan pendidikan di rumah dan di
sekolah dengan mengadakan “Parenting Skill”, hanya memberikan pemahaman yang
baik kepada para orang tua saja. Tetapi,
masih melupakan satu hal yang selama ini belum tersentuh dengan layak. Yaitu “Domestic/baby
sitter Skill” (keterampilan bagi pembantu rumah tangga).
Sepertinya para pemangku jabatan
di sekolah-sekolah perlu mengupayakan lagi, bahwa pembantu pun harus
disinergikan dengan orang tua dan guru lewat pelatihan secara khusus karena
kebanyakan dari mereka masih menganut sistem pendidikan tradisional yang mereka
dapatkan dari orang tua atau kakek neneknya.
Anda punya pengalaman lain?
0 komentar:
Posting Komentar
Anda Dapat Memberikan Komentar Di Sini