This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 16 April 2012

Pendidikan Keakraban




BERSEPEDA, OBAT AMPUH KEDEKATAN

Tua gak jadi masalah
Suatu saat di libur akhir pekan, saya bangunkan dua putri saya lebih pagi dari biasanya.  Seperti yang saya janjikan sebelumnya, saat inilah waktu yang paling  tepat untuk berpetualang dengan bersepeda onthel keliling kampung.  Tujuan utama tentu saja refreshing, sekaligus melatih putri tertua saya yang baru saja “agak pandai” naik sepeda dengan terjun langsung menaati peraturan di jalan raya.  Sementara adiknya yang baru menjelang empat tahun saya dudukkan di depan sadel sepeda saya dengan kursi hasil sedikit modifikasi.
Saat bangun saya dapat melihat, betapa mata mereka berbinar-binar tanda rasa senang luar biasa.  Maklum, selama satu pekan penuh dari pagi sampai malam saya  dan istri disibukkan oleh pekerjaan.
Pelan-pelan saya bawa kedua putri kecil saya bersepeda menyusuri jalan-jalan sekitar perumahan dan kampung.  Volume kendaraan yang minim sangat membantu saya mengawasi si sulung yang ngonthel di depan saya.  Sengaja saya suruh berjalan di depan saya agar mudah mengawasinya, serta memberinya arahan saat akan ada mobil atau sepeda motor yang akan mendahului kami.
Asyiknya bersepeda
Agar lebih mengamankan kegiatan, saya belokkan arah ke perumahan yang relatif sepi dari kendaraan.  Dan di sebuah tanah lapang yang asri, kami berhenti sejenak untuk istirahat sekaligus menyantap bekal yang sudah kami siapkan.  Dan kemudian, acara selanjutnya adalah bermain berlarian di tanah lapang tersebut.
Seperti anak kecil lainnya, kedua putri saya dengan sangat bersemangat kesana-kemari berlarian mengejar capung atau kupu-kupu yang kebetulan lewat.  Dapat saya rasakan, betapa riangnya mereka bersama ayahnya yang jarang bisa bermain menghabiskan pagi bersama.
Di kesempatan itu pula saya tanamkan doktrin-doktrin positif tentang pentingnya menjaga lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, dan yang terakhir rasa syukur kepada yang Maha Kuasa atas rezeki kesehatan yang kami punyai.
Saat petualangan kami selesai, di rumah sudah menunggu ibu mereka dengan berbagai menu sarapan mengundang selera.  Anda bisa bayangkan, kedua putri saya makan seperti porsi raksasa.  Maklum saja, seluruh energi mereka pakai saat mengejar capung dan kupu-kupu.
Ayo rame-rame
Malam harinya, saat mereka tertidur pulas saya bisa merasakan, betapa kegiatan yang kelihatan sepele ini, memberikan efek yang luar biasa.  Penghormatan, rasa sayang dan kedekatan mereka kepada saya jadi lebih menonjol.  Jadi, tidak ada susahnya kan membangun kedekatan dengan mereka?  Atau mungkin Anda punya cara lain?


Pendidikan



ASYIKNYA JADI KONDUKTOR


Sang orator!

         Ketika berdiri di depan kelas, makfum saja jika ada guru yang hanya mengajar bagai orator ulung.  Berceramah, memberi pertanyaan, menjelaskan jika ada yang bertanya ( itupun kalau ada yang bertanya!).  Ibarat kampanye, orasi yang sangat meyakinkan, sanggup menggiring “korban”, mengikuti apa kata orator.  Penting  atau tidaknya isi orasi, bukanlah tujuan utama.  Yang pasti, orasi yang disampaikan tadi hanya sekedar ingin menggerakkan mental dan pikiran audiens menuju suatu titik yang dikehendaki orator.  Kelihatan mudah bukan?


Presentasi Hasil Kerja

Anda juga akan makfum, bila metode ini memang cocok untuk pemberian informasi-informasi yang relatif baru dalam proses belajar mengajar di kelas.  Tapi bila sudah masuk dalam detail suatu materi yang perlu dilatihkan ataupun diperdalam lagi, kepiwaian seorang orator tak lagi dibutuhkan.  Disinilah  aspek penalaran mulai berbicara.  Dan jika orasi tetap dilakukan, jelas tidak efektif lagi.  Energi akan habis terkuras begitu saja kan Pak, Bu?  Dan imbasnya materi tidak optimal tersampaikan.
Sebagai cerminan dari hal itu, yang perlu diketahui bahwa setiap siswa mempunyai ciri khas dan karakteristik yang berbeda dengan siswa lainnya.  Siswa yang berkarakteristik cerdas, cenderung  bosan dengan informasi yang datang satu arah.  Idealismenya kadang meledak-ledak dalam diri serta akal budi mereka.  Biasanya, ledakan ini lebih membutuhkan penyaluran semacam aktualisasi diri, atau yang lebih ekstrem lagi……siswa akan memberontak sambil mengucapkan “ganti saya yang akan berbicara”.  Si cantrik model begini biasanya lebih tertantang bila diajak belajar lewat metode  problem solving.
Itu baru satu jenis siswa, masih banyak karakteristik lainnya yang perlu diperhatikan agar target pembelajaran tercapai.  Sebagai contoh, siswa berkarakteristik visual, cenderung mudah menangkap pelajaran lewat simbol-simbol dan gambar.  Pemakaian  flow chart, tabel-tabel dan kolom-kolom, justru menguatkan pemahamannya. 
Repot juga ya menjadi guru! Harus mengenal betul setiap detail siswanya! Tapi itulah tantangan.  Seperti iklan zaman dulu tentang sebotol minuman yang katanya tokcer, jika ingin berhasil mentransfer ilmu kepada anak-anak bangsa ini, seorang guru harus punya trade markrasanya berani menyegarkan”.

Konduktor
Salah satu metode yang tergolong efektif dalam mewakili berbagai tipe atau karakteristik siswa tersebut  adalah diskusi kelas.  Dalam suatu forum diskusi, kepekaan, kemampuan daya serap terhadap pengantar yang diceramahkan guru, kekuatan penalaran siswa, tantangan dan penyaluran idealisme terhadap aktualisasi diri siswa, dapat tersalurkan. 
Dalam forum inilah, guru dapat berfungsi sebagai seorang konduktor dengan cara menggerakkan seluruh siswa di kelas untuk aktif dalam proses pembelajaran.  Hanya saja, namanya siswa itu kan masih “anak-anak” (yang cenderung senang bermain dan bercengkerama), sehingga pendampingan oleh guru masih mutlak diperlukan.  Anda tentu sering mengalami, bahwa anak-anak acap kali bertindak secara non procedural jika dibiarkan berkelana dalam alam mereka sendirian.

Kerja Kelompok Dibimbing Asgur

Pembagian kelompok diskusi menjadi kelompok-kelompok kecil (small discussion) akan lebih memudahkan memantau perkembangan dan aktifitas siswa.  Penetapan adanya seorang ketua kelompok, akan sangat membantu ketika memantau dan mengendalikan sekian banyak kelompok dalam proses pembelajaran. 
Sebuah tanggung jawab yang besar dapat diberikan kepada seorang ketua kelompok dengan harapan, tenaga guru tidak hanya disalurkan untuk mengurusi ramainya kelas karena tindakan-tindakan siswa yang kurang efektif, tetapi dapat diwakili oleh sang ketua kelompok.  Hal ini menggambarkan bahwa, setiap ketua kelompok dapat belajar menjadi pemimpin yang bertanggung jawab. 
Dalam forum ini, Panjenengan (guru) dapat memberi reward kepada siswa lewat penilaian secara langsung.  Semisal pemberian nilai afeksi dan psikomotor.  Kelompok yang seluruh anggotanya aktif, tentu akan berbeda nilainya dibandingkan kelompok yang anggotanya kurang aktif.  Sekaligus dapat melihat dengan jelas, siswa mana saja yang kurang dapat beraktifitas serius di dalam proses belajar mengajar.
Ah, indahnya menjadi seorang konduktor! Adi MS saja bangga menjadi konduktor di twilight orchestra-nya, apalagi Anda!

Asgur juga boleh
Sebelum membuat kelompok-kelompok dalam small discussion, ada satu cara mudah mengefektifkan forum diskusi.  Yaitu membuat pemetaan siswa yang dianggap mudah menguasai bahan ajar (bahasa sederhananya siswa yang dianggap pintar).  Mereka-mereka inilah yang direkrut menjadi ketua kelompok sekaligus sebagai tutor/asgur (asisten guru) bagi kawan-kawannya.
Secara tersendiri, asgur perlu di-briefing terlebih dahulu terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan.  Penguasaan mereka yang relatif cepat dibandingkan teman lainnya, akan dipakai sebagai fasilitas bagi guru dalam menyampaikan materi.  Itu berarti, dalam suasana diskusi, mereka akan pegang peranan memberikan penjelasan-penjelasan kepada siswa lain dalam kelompoknya secara lebih “personality” tanpa ada rasa sungkan dan malu ketika ada materi yang dianggap belum dapat diterima oleh siswa. 
Dan tentu saja, si asgur akan mendapatkan “koreksi” bila ternyata penjelasan yang dia berikan kurang sesuai dengan konteks yang diajarkan guru dari anggota kelompoknya yang mungkin sudah menguasai materi yang diajarkan.  Disinilah, diskusi menjadi lebih hidup.
Kesimpulannya, guru dapat menghemat energinya menjadi lebih efektif dan efisien, serta menyalurkan energi lain yang masih “hot” kepada kegiatan lain semisal menjelaskan secara lebih rinci kepada kelompok lain yang kebetulan semua anggotanya masih belum jelas dan butuh bimbingan. 
Ternyata, asyik juga ya jadi konduktor dan punya asgur.  Anda punya pengalaman lain?