This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 10 Mei 2012

Pendididikan - Bersinergi Dengan Pembantu



BERSINERGI
DENGAN PEMBANTU

Keberhasilan suatu program pendidikan kepada anak, dipengaruhi oleh tiga hal penting yang integral.  Yaitu orang tua, sekolah dan lingkungan.  Jika ketiganya berjalan seiring dan saling bekerjasama dengan baik, maka pendidikan akan berhasil sesuai tujuan yang diharapkan.
Sebagai orang tua, saya dan istri berusaha memahami betul ketiga elemen pendidikan tersebut.  Di sekolah dan rumah saya berusaha agar proses pendidikan untuk kedua anak saya berjalan sebaik-baiknya.  Dengan lingkungan yang cenderung baik di perumahan tempat saya tinggal, memudahkan saya dan istri membina mereka berdua selayaknya teori pendidikan.
Sekolah tempat kedua anak saya belajar pun adalah sekolah yang punya basis keagamaan.  Dalam pandangan saya, masa kecil adalah masa emas yang wajib diisi pondasi keagamaan, karakter kuat serta disiplin yang baik.  Harapan ke depan adalah, anak-anak masih teguh memegang karakter dan keimanan yang kuat di tengah derasnya degradasi moral bangsa ini.
udinwidarso.wordpress.com
Seperti ulasan di atas, ketiga elemen sudah kami upayakan dikelola dengan baik.  Tetapi ada satu hal yang selama ini sering terlupakan, yaitu lingkungan rumah yang kadang di luar dugaan justru menggerogoti sistem pendidikan yang sudah kami bangun.
Contoh kejadian pelanggaran sistem itu adalah, ketika anak perempuan pertama saya yang tergolong pemberani, ketakutan masuk kamar mandi.  Padahal kondisi kamar mandi terang benderang.  Usut punya usut, ternyata pembantu saya selalu menakutinya dengan “hantu” dan “pocong” jika anak saya rewel.  Padahal saya selalu menekankan, bahwa manusia yang beriman lebih tinggi derajatnya dibanding jin atau hantu. 
Kejadian kedua menimpa anak perempuan kedua saya.  Meski masih berumur empat tahun, setiap keluar rumah cenderung suka mengenakan celana pendek dan mulai suka berbohong.  Ini menyulitkan ibunya yang selalu berupaya menanamkan kejujuran dan kesopanan (adab) keluar rumah.  Kami baru tahu penyebab dari kejadian-kejadian tadi setelah mendapat laporan dari para tetangga.  Ternyata tanpa sepengetahuan saya, pembantu saya seringkali keluar rumah dengan mengenakan celana pendek.
Dua kejadian di atas sudah cukup bagi saya untuk segera bertindak.  Pertama, saya harus segera menyinkronkan kembali alur pendidikan yang sudah kami buat, dan kedua menanamkan pendidikan moral secara lebih efektif kepada pembantu saya.
Selama ini, kami sering menghadiri “Parenting Skill” yang diadakan oleh pihak sekolah tempat anak saya bersekolah.  Dan memang, pelatihan itu memberikan pengetahuan baru kepada kami berdua bagaimana mendidik anak dengan efektif dan efisien.  Dan yang pasti, hasil parenting itu selalu saya tularkan ke teman-teman saya lewat tulisan yang saya pajang di blog pribadi saya.
shyahira.blogspot.com
Sayangnya, upaya dari berbagai sekolah dan institusi pendidikan untuk menyinergikan pendidikan di rumah dan di sekolah dengan mengadakan “Parenting Skill”, hanya memberikan pemahaman yang baik kepada para orang tua saja.  Tetapi, masih melupakan satu hal yang selama ini belum tersentuh dengan layak.  Yaitu “Domestic/baby sitter Skill” (keterampilan bagi pembantu rumah tangga). 
Sepertinya para pemangku jabatan di sekolah-sekolah perlu mengupayakan lagi, bahwa pembantu pun harus disinergikan dengan orang tua dan guru lewat pelatihan secara khusus karena kebanyakan dari mereka masih menganut sistem pendidikan tradisional yang mereka dapatkan dari orang tua atau kakek neneknya.  Anda punya pengalaman lain?