ADA GULA (Belum Tentu) ADA
SEMUT
Kegiatan wajib bagi siswa SMK adalah
Kunjungan ke Dunia Usaha/Industri.
Tujuan utamanya adalah memberikan wawasan keilmuan baru kepada siswa
tentang kondisi dunia kerja yang sebenarnya.
Dari kunjungan tersebut, siswa betul-betul mendapatkan pengetahuan
langsung dari industri/usaha melalui pengamatan, wawancara atau paparan dari
narasumber.
Ketel Air Perasan Tebu |
Beberapa waktu lalu, saya sempatkan
mengantarkan anak didik saya melaksanakan kegiatan itu. Tujuan kami adalah Pabrik Gula Madukismo (PS.
Madubaru) di Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Sebagai guru pembimbing, saya berusaha
mencari tahu lebih dulu profil dari pabrik ini.
Tentu sebagai senjata pamungkas ketika ada siswa yang tidak puas dengan
sekedar bertanya, saat menerima paparan dari utusan pabrik, atau pengamatan dan
wawancara di lapangan dengan para petugas pabrik. Dan feeling saya ternyata benar. Tidak sedikit anak-anak bertanya tentang
nama-nama bagian mesin, proses produksi sampai detail pengerjaan penggilingan
dari tebu menjadi gula.
Sebelumnya, saat tiba di areal pabrik,
suara lengkingan menyambut kami. Mirip
suara sirine pagi hari saat para gerilyawan Republik menggempur
Yogyakarta. Pikiran saya langsung melayang
ke pertempuran tersebut. Betapa,
Panglima Sudirman yang masih lemah karena sakit masih mampu mengatur strategi
anak buahnya dengan hasil yang brillian.
Jangan lupa, saat itu belum ada HP.
Tak terbayangkan betapa sulitnya menjalin komunikasi antar komandan di
lapangan dengan komandan di pusat komando.
Di awal pertemuan ini, kami dipersilakan memasuki aula
besar dengan interior huruf Jawa berhiaskan dua naga bermahkota emas. Kata humas pabrik, naga bagi masyarakat Jawa melambangkan
Sang Penjaga. Disitulah kami
mendapatkan berbagai macam informasi tentang PG. Madukismo dengan panjang
lebar.
Lokasi Bagian Dalam Pabrik |
Selesai acara penyambutan, kami
dikejutkan lagi dengan pelayanan luar
biasa dari manajemen pabrik. Untuk
menuju lokasi mesin operasi, kami diangkut dengan kereta wisata. Luar biasa, meski kecepatannya 200 km per
2 tahun (begitu canda humas pabrik) mampu memberikan sensasi yang
menghebohkan.
Kami diajak menyusuri deretan lori, lapangan stock tebu dan bengkel perbaikan
mesin, sampai akhirnya tiba di mulut pabrik. Dengan tertib kami masuk secara berkelompok sambil melihat langsung bagaimana
bisingnya mesin-mesin besar laksana raksasa melumat tebu bersama kulitnya dan
memerasnya. Sampai kemudian air tebu
ditampung di panci-panci besar.
Setelah melalui proses yang rumit,
tampaklah butiran-butiran gula berwarna putih bersih mengalir deras menuju satu
titik yaitu penampungan dan pengepakan.
Dari jauh kami melihat betapa sibuknya para pekerja mengepak dan
mengemas berkilo-kilo gula dengan terampil.
Dan kejutan terakhir kepada kami
adalah, saat diajak melewati gudang penimbunan gula, tak seekor semut pun tampak. Ketika saya bertanya kepada kepala gudang,
beliau sendiri juga masih bingung, mengapa tidak ada semut di tempat yang
begitu penuh dengan gula. Padahal
sedikit banyak ceceran gula juga ada di sana-sini. Dan rahasia itupun masih tetap terjaga sampai
kami kembali ke Surabaya.
Ternyata pepatah “ada gula ada
semut” menjadi sedikit berubah menurut pendapat saya, yaitu “ada gula
belum tentu ada semut”! He..he.., Anda setuju?
0 komentar:
Posting Komentar
Anda Dapat Memberikan Komentar Di Sini